Berawal dari
kegelisahan diri sendiri, dan rasa bersalah. Karena saya kan sarjana teknik
lingkungan, tapi kemudian menjadi Ibu Rumah Tangga, kemudian jadi guru, gak tau
besok jadi apa, masih meraba-raba. Anyway, jadi walaupun saya belajar tentang
lingkungan (lupa semua sekarang mah), tapi ternyata saya masih nyampah seperti
ibu-ibu lainnya. Kalau masak cabe…bijinya saya buang, kalau makan buah-buahan
kulitnya dibuang, kulit telur dibuang dan seterusnya. Padahal saya tau, bahwa
itu adalah sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos.
Kalau tidak bisa
ikut bangun proyek-proyek lingkungan yang besar..hihi…karena keburu sibuk di
rumah, tak apalah. Tapi kalo gak bisa bikin kompos juga, itu sih kebangetan.
Begitu aku pikir. So, mulailah cari tau tentang, “Bagaimana siiihh sebetulnya
bikin kompos itu?”
Ketika pergi ke
tempat umum seperti mall atau sekolah dll, aku lihat tempat sampahnya terpisah.
Organik dan anorganik. Aku lihat orang yang membuang sampah sudah cukup bisa
membedakan, jadi sampah terklasifikasi dengan cukup baik. Beberapa tempat
sampah malah dikasi gambar/tulisan, bahwa organik tu seperti makanan, sayur,
daun pisang. Anorganik itu kaleng, plastik dan kertas. Lumayan juga, pikirku.
Nah, pas
petugasnya lewat aku tanya…”Pak, ini sampah-sampah nanti diapain?”
“Dibuang aja Bu, nunggu mobil sampah lewat,” katanya
“Dicampur gitu Pak?” tanyaku lagi. “Iya,” kata si Bapak.
Ya ampuun pikirku, kalo ujung-ujungnya dicampur mah ngapain
dipisah-pisahin segala. OMG…tepok jidat deh..
|
Sampah Jakarta dan kota-kota besar lainnya. 60%-70% nya adalah organik |
Kesimpulannya,
semua sekolah, mall dllsb harusnya gak Cuma misahin, tapi juga punya
pengelolaan sampah organik sendiri. Kan sederhana kok. Atau kalo mereka gak
sanggup, ya harus tau kemana sampah organik itu bisa dikirim, supaya jadi
manfaat. Karena sampah organik itu ‘bukan
sampah’ lho…. Mereka memang sisa atau tidak terpakai, tapi bukan berarti tidak
ada manfaatnya. Ada manfaatnya, bisa bermanfaat asal kita mau sedikit usaha. Sedikit
kok gak banyak-banyak…manfaatnya yang banyak. Sangat banyak….
Lanjut cari
tau tentang cara bikin kompos. Tanya mbah google…jawabannya banyak banget…ribuan…
Ada yang sistem gali. Jadi di taman kita, sediakan sepetak tanah yang dipake
untuk buang sampah. Tiap mau buang sampah, digali dulu, diisi sampah terus
tutup lagi. “Rasanya gak mungkin dapet restu suami nih,” pikirku kalau pake
cara ini. Lagipula disuru macul-macul gak kuat. Pembantu kan gak selalu ada.
Lagipula kapan jadinya tu sampah, masa main gali timbun terus. Tanya mbah
google lagi… Nah, sepertinya ada cara komposting untuk rumah tangga yang
bersih, wangi alias gak bau, enak diliat. Itulah keranjang takakura :)
|
ini yang namanya keranjang takakura |