Monday, June 24, 2013

Dapat semangat dari buku 'follow your passion', dan ilmu yang melimpah dari Digital Mommie

          Baru baca buku yang menurutku sangat bagus, mampu menyemangati kita untuk maju terus dengan niat tulus. Tanpa berfokus ke hasil. Ini yang insya Allah membuat kita legowo dalam bertindak. Karena masalahku di situ. Kalau mau melakukan apa-apa, selalu berfikir..."kalau nanti begini gimana?"


          "Kalau nanti gagal gimana?" "Kalau orang tidak menghargai gimana?" bahkan..."Kalau sukses gimana?" Yah memang begitu banget diriku. Sungguh melelahkan, padahal hanya proses mikir doang...hahaha. Lalu karena waktu 'mulai luang', (baca: urusan pendaftaran sekolah hampir selesai) maka aku sempat lihat-lihat lagi materi blog di Digital Mommie. Dan betapa banyak tambahan tutorialnya...betapa menggembirakan, skaligus mencemaskan. Akhirnya karena masih ada utang puasa (hadeeeuuh, bulan Sya'ban masih punya utang, astaghfirullaaahh), dan baru akan tidur jam 1 malam. Kuputuskan untuk begadang saja sambil belajar di depan laptop. Menulis postingan baru, lihat tutorial dan merapikan catatan. Ngeprint 'menu seminggu' dan mengisinya.
             Lalu ada nasehat-nasehat praktis yang aku dapat dari buku 'follow your passion', seperti membuat catatan atau dream book. Sesuatu yang mungkin buat beberapa orang sudah basi, tapi buatku ini sesuatu yang brand new, alias belum pernah dilakukan. Aku akan coba :)

Akhirnya kembali nge blog.... Kali ini cerita tentang PPDB

         Bulan Mei-Juni 2013 ini sibuk sekali. Karena jadi ketua panitia perpisahan TK Ruwati III, Pondok Labu dan persiapan Syarif ke SMA dan Fia ke SD. Setelah semua urusan perpisahan selesai, napas sebentar, lalu mulai disibukkan dengan pendaftaran online SMA dan SD. Jangan lupa proses kasak kusuk cari informasi mengenai tata cara pendaftaran tahun ini. Ada perbedaan yang signifikan antara pendaftaran sekolah negri tahun ini dan tahun kemarin ketika anak pertamaku Maher mendaftar. Jadi aku harus jelas dulu sebelum mendaftar.
           Tahun ini Jokowi-Ahok sepertinya ingin membuat anak-anak DKI sekolah yang dekat-dekat saja. Tahun lalu, waktu coba daftar di SMA 28, Pasar Minggu...sambil antre(ratusan anak boo..:D) ngobrol sana sini dengan siswa maupun orang tuanya. Rupanya pendaftar bukan hanya dari Jakarta Selatan, melainkan juga dari Cibubur, Bekasi, Serpong, bahkan Kudus, ya dari berbagai propinsilah kurasa ada. Maklum, SMA favorit. Jadi rebutan gitu deh. Jaman aku sekolah di SMA 3 Bandung(sekolah favorit lho..ehhmm), aku juga punya beberapa teman sekelas yang kos di Bandung demi bisa sekolah di SMA 3. Ada yang dari Palembang, Serang, Lampung, Cimahi, dan mungkin ada lagi dari wilayah lain ya, aku lupa.


            Nah, balik ke kebijakan pemda DKI tahun ini maka pendaftaran dibagi jadi 2 bagian. Bagian pertama dibebaskan untuk siapa saja yang SMP nya di wilayah Jakarta. Misalnya ada warga Cibubur, atau Medan yang SMP nya di DKI, maka boleh mendaftar. Jatah tahap I ini 50%. Plus 5% untuk warga yang KK nya non DKI dan SMP nya pun non DKI. Tentu sangat sulit persaingan untuk warga yang SMP nya non DKI dan KK  nya non DKI. Kalau nilainya gak top banget, sulit tembus.


             Tahap ke 2 disebut tahap Lokal. Karena khusus untuk anak-anak yang memiliki KK yang 1 kecamatan dengan sekolah yang dituju. Misalnya di kecamatan Cilandak, ada SMA 28, 34, 66 dan 49. Maka warga Cilandak yang tidak lolos di tahap I (karena harus bersaing dengan warga Bekasi, Cibubur, Serpong dllsb) bisa punya kans yang cukup besar di tahap Lokal ini. Begitu....hehehe. Memusingkan? ya, awalnya begitu sih. Sebetulnya sederhana, tapi mendaftarkan anak sekolah itu sudah menegangkan. Sehingga membaca peraturan-peraturan pendaftaran (yang seringkali berubah teruuus) rasanya cepet banget otak buntu...haha.


              Syarif mendaftar di SMA 34, Pondok Labu. Hanya 10 menit dari rumah. Mudah-mudahan bisa diterima. Amiin... Fia mendaftar di SD Pondok Labu 11 Pagi, hanya 5 menit dari rumah. Kalau pendaftaran SD tahun ini lain lagi ceritanya. Semua SD Negri prosesnya sama, online. Tidak ada lagi SD skala SBI sekarang ini. SBI biasanya melakukan tes penyaringan sendiri. Anak dites membaca, menulis, berhitung, bahasa inggris, ditanyai data diri seperti nomor hp orang tua, alamat dll. Otomatis yang masuk SBI adalah anak-anak yang pintar....atau yang main belakang..hehe :D. Tahun ini tidak ada tes. Variabel penerimaan cuma 1...yaitu: UMUR. Jadi semakin tua seorang anak, asal tidak lebih dari 12 tahun, maka pasti diterima. Ijazah TK tidak wajib, sama sekali bukan syarat. Jadilah anakku, yang usianya Juli ini 6 tahun 7 bulan, tidak diterima di SD yang kami harapkan. Tapi kami masih akan coba tahap Lokal. Khusus buat warga sekitar sekolah, dapat kesempatan ke 2 untuk mendaftar lagi. Mudah-mudahan nanti bisa diterima. Fia akan bersaing dengan warga Pondok Labu lainnya. Warga dengan KK di luar Pondok Labu tidak bisa ikutan. Semoga fia bisa diterima...:)


Fia menyanyi di acara perpisahan TK Ruwati III

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
White Flower 50